Rabu, 09 Maret 2016

Cara Menjadi Pemimpin Yang Tegas dan Bijaksana

Cara dan Tips Menjadi Pemimpin Yang Tegas
Cara dan Tips Menjadi Pemimpin Yang Tegas
Untuk menjadi seorang pemimpin tegas dan bijaksana tidak hanya bergantung kepada mental dan kepercayaan diri, melainkan rasa memiliki dan passion yang kuat serta self manajemen yang baik agar menjadi pemimpin yang tegas dan bijaksana.

“Bersikap tegas adalah memberitahu orang lain tentang sesuatu yang Anda inginkan dan tidak Anda inginkan dengan cara yang jujur, lugas, elegan, dan penuh percaya diri. Kemudian, orang yang tegas siap bertanggung jawab atas apa yang telah ia katakan.”

Di sini kita melihat bahwa tegas bukan berarti keras. Tegas adalah keras merupakan salah satu kesalahan persepsi yang umum. Pemimpin yang tegas bukanlah pemimpin yang “rajin” marah-marah tanpa dasar. Sikap tegas adalah  sikap kuat dalam mempertahankan pendapat, tapi pada saat yang bersamaan juga berpikiran terbuka (yang perlu dibedakan dengan “sikap ngotot dan tidak mau mendengar pendapat orang lain”).

Menjadi pemimpin atau karyawan yang tegas berarti mampu menyampaikan pendapat dengan sikap yang tetap santun, tidak perlu meninggikan suara, tetapi dengan penekanan yang jelas, agar orang lain memahami apa yang kita ingin atau maksudkan. Meskipun pemimpin yang tidak tegas maupun pemimpin yang tegas dapat saja marah sesekali (atau terlalu sering), ada ciri-ciri khusus yang dapat kita lihat pada diri pemimpin yang tidak tegas, yaitu:

1. Tidak berani membuat keputusan pada waktu/situasi yang tepat, karena takut salah atau takut dipersalahkan

2. Tidak berani bersikap jujur mengungkapkan apa adanya tentang suatu kondisi, karena takut orang lain tersinggung/marah/sedih

3. Tidak percaya diri, sering ragu-ragu dan sering berpikir negatif

4. Mudah teralihkan oleh pendapat atau bisikan orang lain, dan tidak memiliki pendirian pribadi yang teguh

5. Sering mengubah-ubah keputusan yang telah disepakati tanpa adanya dasar dan tujuan yang jelas

6. Diliputi rasa sungkan yang kuat namun tidak bertindak apa-apa

7. Suka mengelak atau menghindar atau membiarkan ketika terjadi suatu masalah di dalam timnya (di antara orang-orang yang dipimpinnya), sehingga masalah tidak selesai dan justru semakin parah serta berkembang berlarut-larut.

Sayang sekali, ternyata terdapat begitu banyak pemimpin yang tidak tegas di dalam situasi yang kita jumpai sehari-hari. Karena itu, kita masing-masing perlu terus melatih diri dalam sikap tegas. Berikut adalah enam kiat untuk melatih diri menjadi pemimpin yang tegas dan efektif:

1. Mengubah cara berpikir tentang konsep “ketegasan”

Tindakan dan perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh cara berpikirnya. Ketika cara berpikirnya salah, tindakan dan perilakunya akan salah pula. Ketika cara berpikir kita tentang ketegasan berubah menjadi benar, kita pun akan mampu bertindak dan berperilaku tegas. Untuk itu, kita perlu menanamkan ke dalam pikiran kita bahwa:

* Bersikap tegas adalah baik.

* Bersikap tegas tidak berhubungan dengan marah-marah atau bersikap kasar. (Orang yang tegas ataupun orang yang tidak tegas bisa saja marah.

* Bersikap tegas adalah sebuah sikap jujur dan apa adanya, yang berlandaskan dasar, bukti, dan tujuan yang jelas.

2. Memahami pentingnya ketegasan

Tanyakan kepada diri sendiri terlebih dahulu, mengapa Anda harus mengambil sikap tegas. Apa dampaknya terhadap diri Anda atau kelompok Anda jika Anda tidak bersikap tegas? Apakah keuntungannya bila Anda bersikap diam saja dan tidak mengutarakan secara jujur situasi yang ada dan sikap Anda terhadap situasi itu? Apa akibatnya jika keputusan tertentu tidak dijalankan? Dengan pertanyaan-pertanyaan semacam ini, kita akan belajar memahami pentingnya sikap tegas dan terpacu untuk bersikap tegas pula.

3. Berlatih mengelola emosi

Bagaimana kita mengendalikan emosi rasa takut atau rasa sungkan  sangat menentukan keberhasilan kita sendiri untuk bersikap tegas. Maka, berhati-hatilah dalam menjaga kestabilan emosi setiap harinya. Apapun keadaan emosi kita, usahakan agar kita selalu berada dalam kondisi emosi yang positif. Jika ada sesuatu yang membuat emosi kita kurang baik, segeralah kembali kepada logika. Selalu utamakan dampak/akibat dari tindakan yang akan kita ambil: apakah bermanfaat atau justru merusak/merugikan, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.  Berlatihlah untuk mengalahkan rasa takut, rasa sungkan dan rasa khawatir, mulai dari hal-hal yang kecil.

4. Menantang diri sendiri dalam hal-hal positif

Sesuatu disebut tantangan karena mengandung risiko kegagalan/kerugian yang tinggi/besar. Risiko itu muncul dalam bermacam-macam bentuk, tergantung pada tantangannya. Orang yang tegas mampu mengubah pandangannya, bahwa risiko adalah bagian dari sebuah tantangan, dan tantangan itu akan menjadi indah jika dapat ditaklukkan. Orang yang tegas mau berusaha/mencoba menaklukkan tantangan, walaupun harus berhadapan dengan risiko gagal/rugi. 

Dalam hal ketegasan, risikonya jelas: orang lain tidak suka dengan sikap Anda, Anda dianggap “pemarah”/“kaku”/“sok”/“bossy”, dsb. Berani mengambil risiko ini adalah bagian dari ketegasan. Jadi, jika Anda telah memutuskan untuk belajar bersikap tegas, itu semua adalah risiko yang memang harus Anda hadapi. Bukankah hidup memang penuh dengan risiko?

5. Memiliki gambar diri yang positif

Sudahkah Anda memahami tentang siapa diri Anda di dalam Tuhan? Memahami siapa diri Anda di dalam Tuhan berarti mengetahui kekurangan dan kelebihan diri Anda sekaligus mengetahui cara agar hidup Anda berkembang menjadi lebih baik. Ketika Anda memiliki citra diri yang positif tentang diri sendiri, Anda akan memiliki prinsip diri yang kuat pula dan tidak akan mudah khawatir atau takut dalam menyampaikan sesuatu dengan jujur namun positif. Ingat, berbagai ketakutan atau kekhawatiran di dalam diri menunjukkan citra diri yang negatif.

6. Membangun rasa aman bagi orang-orang di sekitar ketika kita bersikap tegas

Apa akibatnya jika orang yang menyebabkan ketidakberesan terlanjur merasa tidak aman saat berada di dekat kita? Ini dapat saja terjadi jika misalnya, kita sering berekspresi wajah tegang/marah saat menegurnya dan mengoreksi kesalahannya. Orang yang merasa tidak aman akan memasang tembok “pelindung” yang tebal, sehingga koreksi apa pun yang kita sampaikan akan “memantul” begitu saja tanpa menghasilkan perubahan di dalam dirinya. 

Karena itu, kita sangat perlu membangun rasa aman bagi orang-orang di sekitar kita, agar saat kita bersikap tegas, ada manfaat maksimal yang dihasilkan dari ketegasan kita itu. Semua ini dimulai dari mengubah cara kita mengekspresikan ketegasan, agar persepsi orang lain terhadap sikap kita pun berubah dan tercipta rasa aman para orang lain, termasuk pada orang yang sering/biasa kita koreksi. 

Dengan adanya rasa aman, orang yang ditegur akan siap mendengar koreksi dengan efektif. Satu menit pertama adalah momen yang sangat penting dalam menciptakan persepsi, maka manfaatkan satu menit pertama ini untuk menunjukkan sikap tegas Anda yang positif melalui bahasa tubuh dan vokal yang positif pula. Usahakan agar bahasa tubuh dan vokal Anda (posisi duduk/berdiri, posisi tubuh, nada dan kecepatan suara, dsb.) selaras dengan bahasa tubuh dan vokal orang yang sedang Anda tegur/koreksi. 

Keselarasan ini secara bawah sadar akan membangun rasa nyaman/aman pada orang itu dan pada diri kita sendiri. Rasa nyaman dan aman inilah yang akan membuat kita dapat bersikap tegas secara efektif, sekaligus orang itu dapat menerima koreksi secara efektif pula.



Semoga bermanfaat

SALAM SUKSES

Sumber : abbalove

14 Strategi Untuk Menjadi Seorang Pemimpin Sukses

14 Kiat Agar Jadi Seorang Pemimpin Sukses
14 Kiat Agar Jadi Seorang Pemimpin Sukses

Untuk menjadi pemimpin yang sukses tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Dan untuk menjadi pemimpin yang sukses diperlukan berbagai strategi dan sikap yang baik dalam memimpin dan mengejar goal perusahaan.

Jika saya katakan bahwa, suatu tim membutuhkan pemimpin yang kompeten, terutama dalam berbisnis. Pemimpin adalah ujung tombak perusahaan. Segala tindakan bisnis seperti menentukan klien, mengambil keputusan investasi, membeli stok produk dan sebagainya ditentukan oleh pemimpin. Maka berhati-hatilah jika Anda menduduki jabatan tersebut. Merasa tidak pantas menjadi pemimpin? Ingat kata-kata guru kepemimpinan modern, Warren Bennis, “Pemimpin itu dibentuk, bukan dilahirkan.”

Menurut Bennis, tak ada faktor genetik tertentu untuk menjadi pemimpin. Semua orang terlahir dengan kemampuan yang sama. Kepemimpinan terbentuk berkat pembelajaran. Oleh karena itu, tak perlu kecewa jika kinerja Anda sebagai pemimpin belum memadai. Ada berbagai kiat yang bisa diikuti supaya kemampuan Anda meningkat. Berikut ini adalah 9 tips menjadi pemimpin yang sukses.


1. Bangun kredibilitas sebagai pemimpin

Supaya pekerjaan berjalan lancar, pemimpin harus mendapat kepercayaan dari timnya. Bagaimana caranya? Tumbuhkan kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin. Misalnya saja kemampuan berbicara di depan orang banyak, kemampuan menyemangati anak buah, kemampuan menentukan strategi bisnis, dan sebagainya. Semua hal itu bisa dipelajari melalui pengalaman. Sebelum menjadi seorang pemimpin, terlebih dahulu Anda akan menjadi orang yang dipimpin. Manfaatkan kesempatan tersebut secara maksimal. Pelajari secara langsung bagaimana orang lain memimpin timnya. Jika belum cukup, Anda bisa belajar dari buku-buku kepemimpinan.

2. Belajar menganalisis tren

"Menciptakan visi dimulai dari observasi," kata Simerson. Itu sebabnya pemimpin visioner terus mengkaji, tidak hanya pada industri dan perusahaan mereka sendiri tapi juga perusahaan lain.

"Pemimpin visioner sangat lihai dalam memilah tren dan peluang untuk menggangu status quo," lanjut dia, "seperti rajin mencatat dan mendokumentasikan hasil rapat. Kemudian melakukan pengamatan setiap hari dan meluangkan waktu untuk meninjau catatan."

Pendekatan lain adalah dengan mencari pengalaman baru. Misal kamu bisa dantang ke acara seminar di luar kompetensi yang kamu miliki. hal tersebut cara untuk mengindentifikasi pola tren dan mengekspolari peluang baru.

3. Memperhatikan hal detail setiap hari

Selain pengamatan tren, pengamatan yang detail juga sangat penting untuk menjadi pemimpin visioner. Memerhatikan kegiatan sehari-hari dan mencoba melakukan hal yang sama dengan cara yang berbeda.

4. Kenali tim sedekat mungkin

Ciptakan suasana yang nyaman untuk bekerja sama dalam perusahaan. Upayakan melakukan pendekatan secara personal. Kenali tim Anda dengan baik. Pahami masalah yang mereka alami, kenali potensi mereka, dan terima saran yang masuk akal. Usahakan tak ada jarak yang terlalu lebar di antara atasan dan karyawan. Hal itu bisa dilakukan dengan mencontoh cara Dahlan Iskan. Saat menjadi Direktur Utama PLN, Dahlan Iskan mengganti upacara bulanan dengan diskusi antara atasan dan karyawan. Dengan demikian, ia mengetahui keluhan dan masukan dari timnya. Akan tercipta hubungan yang lebih dekat dalam perusahaan.

5. Percayai tim Anda

Jika ingin dipercayai orang lain, terlebih dahulu Anda harus mempercayai orang lain. Ingat selalu bahwa Anda tak bekerja sendiri. Dibutuhkan kerja sama tim untuk menyelesaikan pekerjaan. Sehebat apa pun seorang pemimpin, tanpa dukungan dari anak buahnya, ia tak akan memperoleh kesuksesan. Beri karyawan kepercayaan sepenuhnya. Jika kemampuan mereka belum cukup untuk melakukan suatu pekerjaan, bimbing perlahan-lahan. Jika mereka melakukan kesalahan, tegur saja, kemudian berikan kesempatan kedua. Hindari terlalu ketat mengawasi karyawan. Buat mereka bekerja dengan nyaman, tetapi tetap bertanggung jawab.

6. Perencanaan mendalam ketika meraih peluang

"Pemimpin visioner meraih keuntungan dengan memanfaatkan perubahan situasi," kata Simerson. Jeff Bezos berpikir buku adalah hal pertama yang dijual untuk memulai Amazon.com. Namun, ke depanya bisa menjual banyak jenis barang lainnya. Walt Disney selain memproduksi film tapi kemudian juga menjual merchandise. Pertimbangkan kemungkinan peluang lain yang bisa saja muncul.

7. Memberi contoh

“Anda tidak memimpin dengan cara menunjukkan dan memberitahu orang-orang untuk pergi ke suatu tempat. Anda memimpin dengan cara pergi ke tempat itu dan menjadi contoh,” kata Ken Kesey, penulis yang telah menginspirasi banyak orang melalui novelnya, One Flew Over the Cuckoo's Nest.

Pemimpin yang sukses tidak seenaknya memerintah anak buah. Ia justru lebih banyak diam dan menyampaikan maksudnya melalui tindakan. Jika ingin karyawan berbuat sesuatu, sebaiknya Anda memberikan contoh. Misalnya saja Anda ingin menghapus budaya jam karet di perusahaan. Coba datang ke kantor tepat waktu setiap hari. Lama-kelamaan karyawan akan malu karena telat terus, lalu mengikuti jejak Anda.

8. Jangan menunggu sampai sempurna

Seperti Iphone dan Ipad. Kamu harus bisa melakukan inovasi dari waktu ke waktu. "Pemimpin Visioner tidak berhenti dengan upaya pertama mereka," kata Simerson. Mereka tidak malu menyampaikan ide dan menerima masukan.

9. Batasi antara urusan pribadi dengan urusan kerja

Sebaiknya berhati-hati dalam memperlakukan karyawan. Jika bersikap terlalu keras, mereka akan tertekan. Jika bersikap terlalu lembut, mereka akan melunjak. Tak ada salahnya menempatkan diri di antara karyawan. Anda bisa makan siang bersama, mengobrol tentang hal-hal di luar pekerjaan, atau pergi ke tempat wisata di kala libur. Pendekatan personal seperti itu akan membuat karyawan nyaman. 

Namun pastikan bahwa mereka tahu ada batas profesional di antara Anda sekalian. Jangan sampai melewati batas. Anda tak perlu terlalu ikut campur masalah mereka. Begitu juga sebaliknya, jangan biarkan mereka terlalu ikut campur. Bedakan antara urusan pribadi dengan urusan kerja. Jika bekerja dengan sahabat, kekasih atau keluarga, tak perlu memberi perlakuan khusus. Jaga profesionalitas Anda.

10. Pahami permasalahan dengan baik

Pemimpin harus bisa menentukan keputusan dengan tepat. Maka diperlukan kemampuan untuk memahami permasalahan. Seperti yang dikatakan oleh Leroy Eims, penulis buku laris The Lost Art of Disciplemaking, “Pemimpin adalah mereka yang mampu melihat lebih banyak dari orang lain, yang mampu melihat lebih jauh daripada orang lain, serta mampu melihat segala sesuatu sebelum orang lain.”

11. Berbagi visi dengan orang lain

"Banyak pemimpin gagal karena berasumsi bahwa sebuah ide yang bagus harus bisa diterima orang lain." Kamu harus berfikir bagaimana menanamkan visimu di benak mereka. Jangan membuat kesalahan dengan mengerjakan ide brilian sendirian. Dukungan aktif orang lain akan membuat visi lebih cepat terlaksana.

Dari perkataan Eims, dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin harus menumbuhkan kepekaan terhadap segala sesuatu. Bisa peka terhadap kejanggalan masalah, peka terhadap solusi dan alternatif, peka terhadap dampak yang mungkin menyusul, dan sebagainya. Dengan demikian, keputusan yang diambil akan lebih akurat. Kepekaan tersebut dapat ditumbuhkan melalui pengalaman. Semakin sering mengambil keputusan, seorang pemimpin akan semakin ahli melakukannya. Tak perlu lagi berlama-lama memikirkan keputusan. Pemimpin yang berpengalaman biasanya memiliki insting yang tepat.

12. Jangan terlalu berlebihan

Pemimpin harus bisa mengendalikan timnya dalam situasi apa pun. Maka dibutuhkan karakter yang stabil. Dalam situasi panik, seorang pemimpin harus tetap tenang dan berkepala dingin. Hindari bersikap berlebihan. Begitu pula dalam situasi sedih atau lesu, sebaiknya pemimpin tidak larut dalam suasana tersebut. Karyawan membutuhkan orang yang bisa memompa kembali semangat mereka. Jika dihadapkan pada situasi menyenangkan, seorang pemimpin juga sebaiknya tidak bereaksi berlebihan. Jangan menyetujui sesuatu ketika sedang senang. Jangan mengatakan sesuatu ketika sedang marah. Biasakan bersikap stabil.

13. Berikan apresiasi terhadap kesuksesan tim 

Jika tim Anda meraih kesuksesan, tak ada salahnya memberi selamat pada semua orang. Bisa juga mengadakan pesta makan-makan untuk merayakan kesuksesan tersebut. Buat anak buah Anda merasa dihargai. Dengan demikian, kesenangan mereka akan berlipat ganda. Semua rasa lelah saat berjuang menjadi tidak ada apa-apanya. Dengan senang hati mereka akan berjuang lagi bersama Anda.

Untuk meningkatkan performa kerja, Anda bisa memberikan penghargaan untuk karyawan terbaik setiap bulannya. Penilaian dapat didasarkan pada produktivitas serta kualitas kerja, kedisiplinan, ketaatan pada perintah, dan sebagainya. 

14. Jangan terlalu mendominasi

Sebagai pemimpin, Anda memang orang yang mengatur segalanya. Namun hindari mendominasi pekerjaan. Andrew Carnegie, salah satu pemimpin terkenal di bidang industri abad 19-20, pernah mengatakan, “Seseorang tidak bisa menjadi pemimpin besar jika ingin mengerjakan semuanya sendiri, atau ingin mendapat semua pengakuan atas tindakannya tersebut.”

Carnegie memberi gambaran yang tepat sasaran. Sebagai pemimpin, sebaiknya Anda tidak mengerjakan semua tugas seorang diri. Mari belajar untuk mendelegasikan tugas. Selain membuat pekerjaan lebih cepat selesai, pendelegasian tugas juga meringankan pekerjaan Anda. Karyawan juga senang karena merasa dipercaya oleh atasannya.



Semoga bermanfaat


SALAM SUKSES

Tujuan dan Pengertian OHSAS 18001

Definisi dan Tujuan OHSAS 18001
Definisi dan Tujuan OHSAS 18001

OHSAS (Occupational Health and Safety Assesment Series) 18001 adalah suatu standar internasional untuk Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3). 

Tujuan dan sasaran yang termuat dalam SMK3 adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. 

Tujuan dari OHSAS sendiri tidak jauh berbeda dengan tujuan SMK3, yaitu meningkatkan kondisi kesehatan kerja dan mencegah terjadinya potensi kecelakaan kerja dan mencegah terjadinya potensi kecelakaan kerja karena kondisi K3 tidak saja menimbulkan kerugian secara ekonomis tetapi juga kerugian non ekonomis seperti menjadi buruknya citra perusahaan. 

OHSAS 18001 menyediakan kerangka bagi efektifitas manajemen K3 termasuk kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan yang diterapkan pada aktifitas-aktifitas Anda dan mengenali adanya bahaya-bahaya yang timbul.

Cikal bakal OHSAS 18001 adalah dokumen yang dikeluarkan oleh British Standards Institute (BSI) yaitu Occupational Health and Safety Management Sistem-Specification (OHSAS) 18001:1999. OHSAS 18001 diterbitkan oleh BSI dengan tim penyusun dari 12 lembaga standarisasi maupun sertifikasi beberapa negara di dunia.


Siapakah yang dapat menggunakan OHSAS 18001?

Standar tersebut dapat diterapkan pada setiap organisasi yang berkemauan untuk menghapuskan atau meminimalkan resiko bagi para karyawan dan pemegang kepentingan lainnya yang berhubungan langsung dengan resiko K3 menyertai aktifitas-aktifitas yang ada.

Banyak organisasi memiliki elemen-elemen yang dipersyaratkan oleh OHSAS 18001 yang dapat saling melengkapi untuk membuat lebih baik sistem manajemen terpadu sesuai dengan persyaratan standar ini.

Organisasi yang mengimplementasikan OHSAS 18001 memiliki struktur manajemen yang terorganisir dengan wewenang dan tanggung-jawab yang tegas, sasaran perbaikan yang jelas, hasil pencapaian yang dapat diukur dan pendekatan yang terstruktur untuk penilaian resiko. Demikian pula, pengawasan terhadap kegagalan manajemen, pelaksanaan audit kinerja dan melakukan tinjauan ulang kebijakan dan sasaran K3.


referensi :

Ketahui! Manfaat Penerapan OHSAS 18001


Manfaat Implementasi OHSAS Pada Perusahaan
Manfaat Implementasi OHSAS Pada Perusahaan

Apa sajakah manfaat-manfaat yang diperoleh dari pendaftaran OHSAS 18001?
  • Kepuasan pelanggan – melalui pengiriman produk yang secara konsisten memenuhi persyaratan pelanggan disertai perlindungan terhadap kesehatan dan properti para pelanggan
  • Mengurangi ongkos-ongkos operasional – dengan mengurangi kehilangan waktu kerja karena kecelakaan dan penurunan kesehatan dan pengurangan ongkos-ongkos berkenaan dengan biaya dan kompensasi hukum
  • Meningkatkan hubungan dengan pihak-pihak yang berkepentingan – dengan perlindungan pada kesehatan dan properti karyawan, para pelanggan dan rekanan
  • Persyaratan kepatuhan hukum – dengan pemahaman bagaimana persyaratan suatu peraturan dan perundang-undangan tersebut mempunyai pengaruh tertentu pada suatu organisasi dan para pelanggan anda
  • Peningkatan terhadap pengendalian manajemen resiko – melalui pengenalan secara jelas pada kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penerapan pada pengendalian dan pengukuran
  • Tercapainya kepercayaan masyarakat terhadap bisnis yang dijalankan – dibuktikan dengan adanya verifikasi pihak ketiga yang independen pada standar yang diakui
  • Kemampuan untuk mendapatkan lebih banyak bisnis – khususnya spesifikasi pengadaan yang memerlukan sertifikasi sebagai suatu persyaratan sebagai rekanan
Green Company

Konsep OHSAS 18001 memiliki beberapa kesesuaian dengan ISO 14001 dan ISO 9001 (untuk mengetahui ISO 14001 dan ISO 9001 klik disini), sehingga beberapa perusahaan mulai menjalankan ‘multiple management systems’ yaitu menjalankan ketiga system manajemen di atas( Manajemen Mutu ISO 9001:2000, Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2004 dan SMK3 OHSAS 18001:1999). Penggabungan ini menimbulkan suatu konsep baru yaitu Green Company.

Konsep Green Company adalah suatu konsep dimana sebuah perusahaan mempunyai manajemen yang secara sadar meletakkan pertimbangan perlindungan dan pembangunan lingkungan, keselamatan dan kesehatan ‘stakeholder’ dalam setiap pengambilan keputusan bisnisnya sebagai wujud nyata tanggungjawab dan upaya memberikan kontribusi positif kepada masyarakat serta pembangunan yang berkelanjutan. Konsep Green Company memiliki 4 komponen utama yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya yaitu green strategy, green process, green product dan green employee.


Semoga bermanfaat

Sumber:
http://www.nqa.com/
http://k3-community.blogspot.com/
http://sainthanz.wordpress.com/2011/01/03/ohsas-18001/

Ketahui! Kendala Dalam Penerapan ISO 9001

Kendala Dalam Implementasi ISO 9001
Kendala Dalam Implementasi ISO 9001 

Berikut kendala yang biasanya terjadi dalam membangun sistem ISO 9001:2008 di perusahaan. Selamat menyimak.

Kendala Dalam Implementasi ISO 9001

1. Kurang Komitmen dari Top Manajemen

Komitmen dari manajemen puncak menjadi salah satu alasan terbanyak kenapa penerapan ISO 9001 tidak berjalan mulus; tidak berjalan sama sekali atau hanya perolehan sertifikat belaka yang tidak diikuti oleh penerapan nyata di lapangan. Ini terjadi karena sedari awal manajemen uncak tidak mendorong tim perusahaannya untuk benar-benar menerapkan ISO 9001. Manajemen puncak hanya ingin memperoleh sertifikat alih-alih perbaikan sistem manajemen perusahaan. Sehingga, karyawan yang ada di level pelaksana setengah-setengah dalam menerapkan ISO 9001. Sebaliknya, jika penerapan ISO 9001 benar-benar dipromosikan oleh manajemen puncak; ditekankan kegunaannya; dipromosikan manfaatnya; maka sudah barang tentu orang-orang yang ada di level pelaksana akan menjalankan sistem manajemen mutu secara konsisten.

2. Tidak ada keterlibatan dari karyawan

Pada dasarnya, karyawan itu mengikuti apa yang diperintahkan oleh manajemen puncak. Apalagi karyawan Indonesia yang dikenal sangat menghargai perintah dan arahan dari atasan. Sehingga, apa yang menjadi komitmen manajemen harusnya akan menjadi komitmen bersama yang dipegang oleh setiap level karyawan. Sayangnya, tidak jarang ada organisasi yang komitmen manajemen puncaknya baik tetapi tidak dibarengi oleh komitmen bawahannya. Ini bisa terjadi karena beberapa faktor seperti tidak adanya penghargaan (reward) dan hukuman (punishment) bagi karyawan. Sehingga mereka merasa tidak ada bedanya antara yang berkomitmen dalam menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001 dengan yang tidak melaksanakan. 

Harus diakui bahwa penerapan ISO 9001 akan merubuh sedikit banyak cara kerja para karyawan. Mengubah kebiasan yang sudah dilakukan bertahun-tahun tidaklah mudah. Harus ada komunikasi yang efektif dan imbalan yang setimpal sebagai bonus untuk perbaikan yang sudah dilakukan. Faktor kedua adalah kurangnya komitmen dari karyawan itu sendiri. Ada beberapa karyawan yang anti perubahan. Dalam arti, tidak ingin mengubah cara kerja lamanya yang kurang efektif menjadi cara kerja baru yang lebih efektif. 

Biasanya kasus ini terjadi pada karyawan senior yang telah bekerja sangat lama di perusahaan tersebut. Solusinya, karyawan yang seperti ini harus diajak diskusi baik-baik dan dijelaskan pentingnya menerapkan ISO 9001 bagi perusahaan. Bila pada titik tertentu dimana karyawan yang seperti ini tidak juga ingin berubah, maka melakukan rotasi atau mutasi sepertinya sebanding demi perbaikan sistem secara menyeluruh.

3. Kordinasi antar departemen yang minim

Penerapan ISO 9001 tidak akan sukses apabila satu bagian tidak berkordinasi dengan bagian yang lain. Karena sistem manajemen mutu melibatkan semua bagian yang ada di proses utama maupun proses pendukung. Bila ada satu bagian yang tidak menerapkan ISO 9001, maka otomatis sistem tidak akan berjalan dengan sempurna. Misalkan target produksi yang sudah dicanangkan oleh manajer produksi tidak akan tercapai bila bagian HRD dan GA tidak menyediakan SDM dan mesin serta peralatan yang prima. Harus ada kordinasi efektif antar bagian agar keseluruhan proses berjalan secara lancar.

4. Keterbatasan Waktu 

Keterbatasan waktu seringkali menjadi kambing hitam atas penerapan yang tidak lancar. Banyaknya proyek, membludaknya order, seringkali membuat penerapan ISO 9001 terabaikan. Padahal bila perbaikan sistem disesuaikan dengan kebutuhan, harusnya over load pekerjaan sama sekali tidak akan mempengaruhi penerapan ISO 9001. 

Penyebab utama yang menyebabkan hal ini adalah sistem yang dibuat tidak sejalan (in line) dengan proses yang ada. Terlalu banyak hal baru yang ditetapkan tanpa melihat kesanggupan para pelaksana di lapangan sehingga form yang harusnya dibuat untuk membantu proses malah mempersulit birokrasi. Diperlukan kejelian dalam menentukan prioritas perbaikan. Perlu diingat kembali bahwa tujuan penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001 adalah perbaikan berkesinambungan alih-alih menyulap sistem dalam sekejap. Diperlukan waktu, pembiasaan, sosialisasi, dan prioritas perbaikan secara bertahap sehingga sistem semakin baik dari waktu ke waktu.

5. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM)

Keterbatasan SDM di sini bisa berupa kuantitas (jumlah karyawan) maupun kualitas (kompetensi karyawan). Dalam penerapan ISO 9001, kualitas SDM lebih penting ketimbang kuantitas. ISO 9001 tidak pernah mensyaratkan jumlah minimal karyawan dalam penerapan ISO 9001. Tidak pula dipersyaratkan bahwa satu orang hanya boleh menjabat satu jabatan saja. Rangkap jabatan dalam penerapan ISO sah-sah saja sepanjang fungsi-fungsi pekerjaan yang wajib dijalankan oleh yang bersangkutan dapat dijalankan dengan baik. 

Pengalaman kami selama menjadi konsultan ISO, isu keterbatasan SDM dapat diatasi dengan menunjuk wakil manajemen (management representative) yang berkualitas dalam arti dapat mengendalikan, mengarahkan, dan memanfaatkan SDM yang ada secara optimal. Seringkali kami menemukan fakta bahwa banyaknya jumlah SDM tidak berkolerasi positif dengan kualitas penerapan ISO 9001. Artinya, SDM yang sedikit namun berkualitas lebih baik daripada banyak SDM tetapi tidak memiliki komitmen dalam penerapan ISO 9001.

6. Kurangnya Sosialisasi dan Komunikasi

Perlu dipahami bahwa merubah sistem tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan waktu yang cukup dan tim yang handal agar penerapan ISO 9001 berjalan lancar. Seringkali yang menjadi penyebab ISO 9001 macet di tengah jalan bukan lah keterbatasan waktu dan SDM melainkan kurangnya sosialisasi dan komunikasi dari manajemen puncak. Ini menyebakan orang-orang yang ada di level pelaksana tidak mengetahui apa yang harus dilakukan. Solusinya, manajemen puncak harus melakukan pertemuan rutin (mingguan atau bulanan) terutama dengan pemimpin dari setiap bagian untuk memastikan mereka memahami apa yang harus dilakukan.

Cukup sekian ulasan mengenai Kendala Dalam Implementasi ISO 9001:2008. semoga menajdi referensi yang berguna bagi anda.

SALAM SUKSES
sumber : konsultaniso

Ketahui! Manfaat Penerapan ISO 9001

Manfaat Penerapan ISO 9001
Manfaat Penerapan sistem manajemen Mutu ISO 9001:2008
  • Untuk menetapkan standar dan membakukan proses kerja serta penanggung jawabnya
  • Untuk memastikan standar kerja tetap pada perusahaan, bukan pada individukaryawannya
  • Untuk memastikan proses tetap berkelanjutan, walaupun ada perubahan personel
  • Sebagai alat bantu training untuk karyawan baru
  • Untuk menghindari perubahan tanpa adanya pemberitahuan
  • Sebagai referensi dan bukti tertulis yang standar sehingga proses bisa diaudit
  • Bisa digunakan untuk pengembangan organisasi
  • Memenuhi kebutuhan pasar
Ini berbanding terbalik jika suatu perusahaan /Organisasi tidak menjalankannya, berikut konsekuensinya :
  • Tidak ada instruksi kerja / informasi tertulis
  • Instruksi kerja tidak ditaati
  • Tidak ada record (rekaman)
  • Record sukar ditemukan
  • Dokumen-dokumen tidak terkontrol
  • Melakukan perubahan yang bukan wewenangnya
  • Peralatan inspeksi tidak dikalibrasi
  • Meletakan barang tidak pada tempatnya
  • Status barang tidak jelas
  • Komplain Pelanggan tidak ditangani sampai tuntas
  • Target dan sasaran perusahaan tidak jelas
  • tidak ada improvement dan efisiensi

Semoga bermanfaat

SALAM SUKSES

Pengertian Dari HSE dan SSHE

Pengertian Dari HSE dan SSHE 
HSE adalah singkatan dari Health, Safety, Environment. HSE merupakan salah satu bagian dari manajemen sebuah perusahaan. Ada manejemen keuangan, manajemen sdm, dan juga ada Manajemen HSE.  HSE (Health, Safety, Environment), atau di beberapa perusahaan juga disebut EHS, HES, SHE, K3LL (Keselamatan & Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan), dan SSHE (Security, Safety, Health, Environment).

HSE distrukturkan secara sistematis sebagai sebuah sistem manajemen sebuah organisasi untuk mencapai tujuan, sasaran dan visinya dalam aspek Keselamatan dan Kesehatan kerja serta Lingkungan. Sebagai sebuah sistem, maka ini adalah panduan dan aturan main bagi semua jajaran baik team manajemen maupun pekerja dan sub lini organisasi yang ada dalam organisasi/perusahaan.

Beberapa perusahaan mengintegrasikan sistem manajemen HSE ini dengan Sistem Manajemen Sekuriti (Security) dan/atau Mutu (Quality). Bahkan ada yang mengintegrasikan dengan semua aspek, spt. HR, Finance, Marketing dll, sehingga terkadang nama sebuah sistem tidak lah terlalu penting, karena yang essential adalah refleksi dari sistem itu sendiri dalam implementasinya.

Di perusahaan, manajemen HSE biasanya dipimpin oleh seorang manajer HSE, yang bertugas untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan seluruh program HSE. Program HSE disesuaikan dengan tingkat resiko dari masing-masing bidang pekerjaan. Misal HSE Konstruksi akan beda dengan HSE Pertambangan dan akan beda pula dengan HSE Migas.

HSE bisa disebut suatu Departemen atau bagian dari Struktur Organisasi Perusahaan yang mempunyai fungsi pokok terhadap implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) mulai dari Perencanaan, Pengorganisasian, Penerapan dan Pengawasan serta Pelaporannya. Sementara, di Perusahaan yang mengeksploitasi Sumber Daya Alam ditambah dengan peran terhadap Lingkungan (Lindungan Lingkungan).

Membicarakan HSE bukan sekedar mengetengahkan Issue seputar Hak dan Kewajiban, tetapi juga berdasarkan output, yaitu korelasinya terhadap produktivitas karyawan. Belum lagi antisipasi kecelakaan kerja apabila terjadi kasus karena kesalahan prosedur ataupun kesalahan pekerja itu sendiri.

Program HSE disesuaikan dengan tingkat resiko dari masing-masing bidang pekerjaan. Misal HSE Konstruksi akan beda dengan HSE Pertambangan dan akan beda pula dengan HSE Migas .

Perlu anda ketahui, HSE bukan merupakan suatu standard. Namun dalam menerapkan HSE kita perlu mengadopsi beberapa standard. 

Untuk MIGAS, beberapa standard tentang HSE yang dapat dipakai adalah :
  • API RP 750, tentang Process Safety Management 
  • OSHA CPR 119.10. 110, tentang Process Safety Management 
  • OHSAS 18001, tentang Occupational Health and Safety 
  • Kepmenaker tentang SMK3 
  • NFPA, National Fire Protection Association 
  • NEC, National Electrical Code 
  • LSC, Life Safety Code 
  • dan lain lain masih banyak lagi standard yang berkaitan dengan masing masing jenis bahaya.

Semoga bermanfaat
SALAM SUKSES

Sumber referensi